Headlines News :
.

Latest Post

Bidang Pendidikan


Bidang pendidikan ditetapkan menjadi potensi unggulan daerah Kota Bukittinggi, juga sejalan dengan fungsi dan kondisi alamiah Kota Bukittinggi dengan udaranya yang sejuk akan sangat mendukung bagi penyelenggaraan pendidikan, sebagaimana didunia ini Kota Pendidikan itu adalah kota yang berudara sejuk.

Oleh karena itu, sejak dari zaman Belanda, Kota Bukittinggi dan sekitarnya dijadikan sebagai tempat pendirian pusat-pusat pendidikan. Kita kenal dengan “ sekolah Raja “,Fakultas Kedokteran Pertama, Sekolah Mosvia, Kweek School, Mulo, Sekolah Tata Praja (APDN), HIS dan Ambach shcool. Dan pada Zaman awal kemerdekaan berdiri sekolah Polwan dan kadet serta Pamong Paraja yang pertama di Indonesia, bahkan Universitas Andalas yang saat ini berada di Padang, sebelumnya berada di Bukittinggi.

Dalam melestarikan bukti sejarah pendidikan tersebut, pemerintah kota Bukittinggi telah membangun Monumen Kadet dan Tugu Polwan serta melestarikan bangunan Pamong Paraja.

Peningkatan pelayanan pendidikan dijadikan sebagai salah satu agenda pembangunan ini tidak hanya pada pendidikan dasra dan menengah, tetapi juga pada pengembangan pendidikan tinggi yang berbasis aqidah. Melalui peletakan prioritas pembangunan pada peningkatan kualitas pendidikan diharapkan kualitas sumber daya manusia secara bertahap akan dapat ditingkatkan dan pondasi pendidikan bertaraf internasional dapat diwujudkan.

Bukittinggi sebagai Kota Pendidikan telah memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang memadai karena saat ini telah tersedia 34 Taman Kanak-kanak, 59 Sekolah Dasar, 10 SLTP, 15 SMU, 13 SMK dan 18 Perguruan Tinggi. Jangkauan pelayanan pendidikan tidak hanya untuk putra daerah Kota Bukittinggi saja, akan tetapi meliputi Wilayah Sumatera Barat bagian Utara, sebagian Riau, Sumatera Utara dan Jambi. Demikian juga tenaga guru/ dosen telah memadai sehingga prestasi akademik pelajar kota ini sangat membanggakan. Dengan kondisi demikian maka ke depan orientasi pendidikan harus diupayakan bagaiman menciptakan kualitas akademik yang tinggi dibarengi dengan kualitas agama yang sempurna. Hal ini harus kita antisipasi karena dampak globalisasi akan menyebabkan pengaruh negatifnya merasuk ke rumah tangga. Untuk itu kedepan akan dikembangkan Pembangunan SDM berbasis Aqidah, maka pola pendidikan yang berbasis agama sudah dimulai sejak dini (dari kandungan).

Kepariwisataan


Bidang Kepariwisataan ditetapkan sebagai potensi unggulan daerah Kota Bukittinggi adalah berangkat dari kondisi alam dan geografis Kota Bukittinggi itu sendiri .

Kota bukittinggi saat ini mempunyai luas + 25.239 km­­­­­­­­­ 2 terletak ditengah-tengah Propinsi Sumatera Barat dengan ketinggian antara 909 M – 941 M diatas permukaan laut. Suhu udara berkisar 17, 1o­­­­­­­­­­ C sampai 24,9o C, merupakan iklim udara yang sejuk. Posisinya yang strategis merupakan segitiga perlintasan menuju ke utara , timur dan selatan Sumatera.

Topografi kota yang berbukit dan berlembah dengan panorama alam yang elek serta dikelilingi oleh tiga gunung, Merapi, Singgalang dan Sago seakan menjadi tonggak penyangga untuk memperkokoh Bukittinggi. Inilah yang menyebabkan Bukittinggi disebut juga sebagai “ Kota Tri Arga”.

Disamping itu, Bukittinggi juga dilengkapi dengan peninggalan sejarah yang dapat diketgorikan sebagai keajaiban seperti, Lobang Jepang, benteng Fort De Kock, jam Gadang dll. Hal ini membuktikan Bukittinggi sebagai kota tua yang sarat dengan sejarah, salah satunya yang selalu melekat dengan sejarah bangsa yaitu : Bukittinggi menjadi Ibu Kota Republik pada masa PDRI Desember 1949 – Juli 1950.

Karunia alam yang ditopang dengan karunia sejarah ini, menyebabkan Bukittinggi menjadi tujuan wisata yang menarik untuk dinikmati. Sinergi dengan potensi unggulan derah lainnya. Bukittinggi juga dikembangkan menjadi wisata Perdagangan dan jasa , wisata kesehatan, wisata konfrensi dan peristirahatan serta jasa lain-lain. Ini dapat dibuktikan dengan kontribusi sector pariwisata untuk menompang PAD Bukittinggi yaitu : antara 30-40 %.

Untuk mendukung sektor pariwisata ini disamping objek alam yang ada dalam kota Bukittinggi, juga menyediakan paket-paket wisata daerah-derah sekitarnya. Dalam hal ini Bukittinggi akan berperan sebagai “ Home Base “ kunjungan wisata daerah-daerah lain. Saat ini Bukittinggi terdapat sebanyak 43 buah hotel baik berbintang maupun melati ditambah 11 mes/wisma/pondok wisata. Tidak salah kiranya Bukittinggi ditetapkan sebagai kota Wisata dan sekaligus Kota Tujuan Wisata Propinsi Sumatera Barat pada tanggal 11 Maret 1984 Bukittinggi dicanangkan sebagai Kota Wisata dan Daerah Tujuan Wisata Utama di Sumatera Barat. Dan pada bulan Oktober 1987 ditetapkan sebagai daerah Pengembangan Pariwisata Propinsi sumatera Barat dengan Perda Nomor : 25 tahun 1987.

Untuk menunjang kepariwisataan, di kota ini sudah tersedia sarana Akomudasi yang memadai, seperti Hotel Berbintang dengan kapasitas 660 kamar dan 1.083 tempat tidur serta Non Berbintang dengan kapasitas 630 kamar dan 1.261 tempat tidur, puluhan Rumah Makan dan Restoran, be berapa travel Biro, serta serta dilengkapi dengan pasar wisata dan souvenir shop. Pemerintah Kota Bukittinggi senangtiasa megutamakan citra sapta pesona (Aman, Tertip, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah Tamah dan Kenangan), yang sejak tahun 2000 dirajut dalam ivent Pesta Seni Budaya Pameran Dagang dan Idustri (PEDATI) Bukittinggi.

Potensi Wisata Kota Bukittinggi

1. Wisata Pemandangan

  •   Ngarai Sianok
  •   Panorama
  •   Panorama Baru
  •   Jenjang 1.000
  •   Pemandangan Balai Kota Bukittinggi
2. Wisata Sejarah
  •   Jam Gadang
  •   Benteng Ford de Cock
  •   Istana Bung Hatta
  •   Kebun Binatang / Taman Kinantan
  •   Lobang Jepang
  •   Rumah Kelahiran Bung Hatta
3. Wisata Budaya
a. Musium Budaya / rumah Bagonjong

4. Wisata Kuliner / Belanja
a. Los Lambuang

5. Wisata Konfrensi
  •   Balai Sidang Hatta
  •   Audutorium Pustaka Hatta
  •   Istana Bung Hatta

Lambang Kota Bukittinggi

LAMBANG KOTA BUKITTINGGI 

Lambang daerah berbentuk perisai segi lima, Lukisan di dalam lambing daerah tersebut terdiri atas :
  1. Kata-kata : Bukittinggi
  2. Bintang segi lima bersinar di bagian atas puncak
  3. Gonjong Rumah Adat 4 (empat)
  4. Gobah berlenggek (bertingkat) dua
  5. Carano dengan sirih lengkap bertutupkan dalamak berjumbai 17.
  6. Bukit-bukit, dua pada latar belakang dan tujuh pada bagian muka.
  7. Garis tengah terjal nagari 8.
  8. Motto “Saayun Salangkah”
Warna dasar, lukisan / gambar dan garis tepi Lambang Daerah dimaksud pasal 4 adalah sebagai berikut :
1.Merah : warna dasar perisai segi lima dan warna jumbai dalamak
2.Hitam : warna pinggir dasra segi lima, gonjong rumah adapt, tulisan Bukittinggi dan warna dasar moto “Saayun Salangkah”
3.Kuning Emas : warna carano dan bintang segi lima
4.Hijau : warna ngarai dan bukit

I. Arti dan bentuk :
Bentuk perisai segi lima, melambangkan bahwa kota Bukittinggi adalah merupakan salah satu daerah-daerah Kota otonom dalam lingkungan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang 1945 dan juga berarti pengabdian terhadap Bukittinggi sebagai nama asli yang bergengsi dan berkepribadi dan yang ditegakkan di atas pandam perkuburan “Stads Gemeente fort de Kock”.
Perisai bersegi lima berwarna merah berpinggir hitam sekelilingnya melambangkan keberanian dan ketahanan.

II. Arti gambar / lukisan :

a. Bintang segi lima berwarna kuning melambangkan :
1.Pancasila sebagai dasar falsafah Negara Republik Indonesia
2.Dalam Negara Repulik Indonesia yang berdasarkan Pancasila ini telah tercakup Propinsi Sumatera Barat dan Kota Bukittinggi.

b. Jumlah garis-garis gambar pada lukisan lambang, melambangkan hari bersejarah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 – 8 1945 adalah sebagai berikut :

1. Jumlah dalamak penutup carano berjumlah 17 (tujuh belas)
2. Garis-garis terjal ngarai berjumlah 8 (delapan)
3. Lantai dan lenggel mesjid berjumlah 4 dan gonjong rumah adat dengan gobah mesjid berjumlah 5.

c. Bukit dan ngarai melambangkan keadaan geografis wilayah Kota Bukittinggi dengan perincian sebagai berikut :

1.Bukit yang 27 (dua puluh tujuh) buah banyaknya diproyeksikan dengan lukisan 2 bukit
pada bagian belakang dan 7 buah bukit dihadapannya yang melambangkan bahwa kota Bukittinggi
berada dalam kawasa bukit yang berjumlah 27 buah.
2.Ngarai dilukiskan dengan garis putih miring beriak. Warna garis putih dengan warna hijau dibelakangnya mengartikan "bahwa ngarai tersebut adalah bersifat alamiah (asli) dan bukan ciptaan manusia "
dan melambangkan bahwa kota Bukittinggi mempunyai geografis yang permai,
sedangkan warna hijau melambangkan kesuburan tanah wilayah kota Bukittinggi.

d. Gonjong Rumah Adat dan gobah Mesjid berlenggek tiga serta lukisan carano dengan sirih lengkap
bertutup dalamak berwarna merah melambangkan kebudayaan dan falsafah hidup penduduknya.

Kalau istilah sekarang dikenal dengan sebutan “mental/spiritual”, maka Bukittinggi dilambangkan dengan
“Gonjong Rumah Gadang Maharam” sebagai lambang kebudayaan asli, sedangkan nama gonjong itu sendiri adalah “tanduak kabau jalang”

Gonjong yang hitam warnanya didampingi gobah berlenggek tiga berwarna putih yang merupakan lambang agama, mengandung pengertian bahwa adat yang kawi syarak yang lazim adalah “Sanda manyanda” keduanya. Sedangkan maksud melukiskan gonjong dibelakang dan gobah dimuka menunjukkan bahwa Adat lebih tua usianya di Kuai dan pada Agama.

Lenggek yang tiga pada gobah melambangkan “Urang Nan Tigo Jinih”, rahasia yang tersembunyi di dalam lenggek adalah “ Syarak mendaki-Adat menurun”.
Lukisan carano dengan sirih lengkap bertutupkan dalamak berwarna merah sengaja digambarkan pada bagian muka, melambangkan:
  •   Kapalo Baso (Istana bahasa pembuka tutur)
  •   Pananti halek tibo (Sosial, Solider)
  •   Sirieh langkok (5 jenis) melambangkan imbangan hidup, selaras dan seresam rancak diawak katuju diurang
  • . Lamak sirieh dilega carano dengan hikmah “kato basamo dipaiyokan bulek kato kamupakaik”

III. Arti Motto
Motto “Saayun Salangkah” adalah esensi dari kata-kat adapt menggambarkan persatuan dan kesatuan.

IV. Arti warna
  • Warna dalam lambang daerah ini berarti / bermakna :
  • Kuning : Adalah lambang keagungan dan keluhuran
  • Hitam : Adalah lambang ketahanan.
  • Putih : Adalah lambang kesucian (putih tahan susah)
  • Merah : Adalah lambang kesucian (putih tahan susah)
  • Hijau : Adalah lambang kesuburan

Masyarakat


Kota Bukittinggi mempunyai penduduk menurut data terakhir 98.505 orang dengan laju pertumbuhan rata-rata 2,04 % dan kepadatan rata-rata 3.905 jiwa per-Km. dengan semangat membangun masyarakat Bukittinggi yang cukup menggembirakan, terbukti dengan meningkatnya kesejahteraan hidup yang umumnya bermata pencarian sebagai pedagang, pegawa, petani, pengusaha indusrti kecil dan kerajinan serta jasa-jasa lainnya, dengan income perkapita tahun 2002 Rp. 8.200.265,87 dari data sementara, diperkirakan sampai akhir 2004 mencapai Rp. 8.500.000,00.

Sebagian besar penduduk kota Bukittinggi beragama Islam sekitar 97,89 % dan selebihnya beragama Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Penduduk terpadat berdomisili di kecamatan Guguk Panjang, karena pusat perdagangan dan kegiatan laian sebagian besar berada di kecamatan tersebut dengan kepadatan rata-rata 5.531 jiwa.km.



.

Peta Wilayah Kota Bukittinggi


Kota Bukittinggi saat ini terdiri atas 3 kecamatan dengan 24 kelurahan. Bukittinggi akan mengadakan perubahan batas wilayah, dengan memasukkan sebagian wilayah Kabupaten Agam ke dalam wilayah kota Bukittinggi, sehingga nantinya kota Bukittinggi mempunyai luas 145,299 km2 yang terdiri dari 7 kecamatan dan 58 kelurahan/desa dengan jumlah penduduk 175.452 jiwa.

Sesuai dengan prosedur peraturan perundang-undangan realisasinya menunggu turunnya Peraturan Pemerintah tentang perubahan  batas wilayah tersebut.

KECAMATAN MANDIANGIN KOTO SELAYAN
Luas wilayah 12.185 Km2 (48,28%, mempunyai penduduk sebanyak 32.157 orang dengan kepadatan rata-rata 930 jiwa per-km2. kecamatan ini terdiri dari 9 Kelurahan yaitu :
  • Kelurahan Campago Ipuh
  • Kelurahan Campago Guguk Bulek
  • Kelurahan Kubu Gulai Bancah
  • Kelurahan Puhun Tembok
  • Kelurahan Puhun Pintu Kabun
  • Kelurahan Manggis
  • Kelurahan Pulai Anak Air
  • Kelurahan Garegeh
  • Kelurahan Koto Salayan
KECAMATAN GUGUK PANJANG
Luas wilayah 6,931 Km2 (27,07%, mempunyai penduduk sebanyak 38.510 orang dengan kepadatan rata-rata 5.638 jiwa per-km2. kecamatan ini terdiri dari 7 Kelurahan yaitu :
  • Kelurahan Kayu Kubu
  • Kelurahan Pakan Kurai
  • Kelurahan Benteng Pasar Atas
  • Kelurahan Bukit Cangang Kayu Ramang
  • Kelurahan Aur Tajungkang Tengah Sawah
  • Kelurahan Tarok Dipo
  • Kelurahan Bukit Apit Puhun
KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH
Luas wilayah 9,252 Km2 (24,778%, mempunyai penduduk sebanyak 20.733 orang dengan kepadatan rata-rata 3.316 jiwa per-km2. kecamatan ini terdiri dari 9 Kelurahan yaitu :
  • Kelurahan Belakang Balok
  • Kelurahan Birugo
  • Kelurahan Aur Kuning
  • Kelurahan Sapiran
  • Kelurahan Kubu Tanjung
  • Kelurahan Pakan Labuah
  • Kelurahan Ladang Cakiah
  • Kelurahan Parit Antang
Kota bukittingi berbatasan dengan kecamatan dalam wilayah Kabupaten Agam, yaitu :
  • Sebelah Utara dengan Kecamatan Tilatang Agam
  • Sebelah Selatan dengan Banuhampu Sungai Puar
  • Sebelah Barat dengan IV Koto
  • Sebelah Timur dengan IV Angkat Candung

Hari Jadi


Penentuan hari jadi suatu kota sangat penting artinya, baik bagi warga masyarakatnya maupun bagi kota itu sendiri. Bagi Pemerintah Kota Bukittinggi arti hari jadi bertujuan untuk :
  • Mengetahui landasan histories kehidupan kota bagi memahami nilai-nilai ideal yang terkandung dalam pengalaman sejarahnya.
  • Memperoleh identitas kehadiran kota di pentas sejarah perkembangan bangsa secara keseluruhan.
  • Memperoleh landasan ideal dalam merintis perkembangan kota selanjutnya.
Berdasarkan hal-hal di atas, Pemerintah Kota Bukittinggi mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat baik yang berada di daerah maupun di perantauan, dan terakhir meminta pendapat DPRD memberikan alternative tanggal yang dapat ditetapkan sebagai hari jadi Kota Bukittinggi, setelah meminta pula pendapat beberapa Tokoh masayarakat baik yang berada di Kerapatan Adat Nagari (KAN) maupun Kerapatan Adat Kurai (KAK) dengan disertai harapan, hendaknya Pemerintah Daerah untuk penetapan tanggalnya yang pasti menunjuk suatu Badan atau Lembaga yang professional di bidangnya untuk menseminarkannya.

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan di atas, Pemerintah Kota Bukittinggi, bekerjasama dengan Universitas Andalas dan beberapa pakar sejarah baik di daerah maupun di tingkat nasional telah menseminarkannya.

Hasil seminar tersebut mendapat persetujuan DPRD Kota Bukittinggi dengan Surat Keputusan No.10/SK-II/DPRD/1988 tanggal 15 Desember 1988, akhirnya Pemerinath Daerah dengan Surat Keputusan walikota Kepala Daerah Kota Bukittinggi No. 188.45-177-1988 tanggal 17 Desember 1988 menetapkan Hari Jadi Kota Bukittinggi tanggal 22 Desember 1784

Sejarah Perkembangan Phisik Bukittinggi
Sejarah perkembangan phisik Bukittinggi dapat diuraikan sebagai berikut :

Pasar Atas
Pasar Atas didirikan di atas bukit Kandang Kabau pada tahun 1858, bangunan pertama los Galung dengan kontruksi kerangka besi berbentuk atap melengkung.

Kebun Binatang
Kebun Binatang ini dulunya dengan nama Kebun Bungo kemudian berubah nama menjadi Taman Puti Bungsu. Dengan Perda No. 2 tahun 1995 diberi nama Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan. Dibangun pada tahun 1900 dengan nama Stormpark di atas Bukit Cubadak Bungkuak oleh Conteleur Gravenzande. Pada tahun 1929 dilengkapi menjadi kebun binatang dengan pimpinan dokter hewan J.Ock.

Jenjang 40
Untuk menghubungi Pasar Atas ke Pasar Banto dan Pasar Bawah dinagunlah jejang 40. sebetulnya anak tangga yang ada pada jenjang tersebut berjumlah 100 buah, namun dinamai jenjang 40 karena jumlah anak tangga yang kecil pada sisi yang curam sebelah atas berjumlah 40 buah. Didirikan pada tahun 1898 masa Westeenek menjadi Asisten Agam.

Benteng

Benteng ini didirikan oleh Kapten Baeur pada tahun 1825 di atas Bukit Jirek, yaitu semasa Baron Hendrick Markus de Kock menjadi Komandan de Roepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Dari sinilah asal nama Fort de Kock.

Jam Gadang
Jam Gadang ini menjadi lambang kota Bukittinggi sehingga Bukittinggi sering juga disebut kota Jam Gadang, didirikan pada tahun 1926 oleh Countorleur Rookmaker.

Jenjang Gantuang
Jenjang gantuang ini didirikan pada tahun1932 sewaktu Cator Countoleur Agam Tuo yang dimanfaatkan sebagai jembatan penyebarangan dari Pasar lereng ke Pasar bawah.

Rumah Adat Baanjuang
Rumah adat ini didirikan pada tahun 1935 diatas Bukit Cubadak Bungkuak yaitu di dalam Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan sekarang pada masa J. Mandelaar Countroleur Agam Tuo. Dalam rumah adat ini banyak tersimpan benda-benda peninggalan sejarah bauk Bukittinggi maupun Minangkabau.

Sekolah-sekolah
Semenjak zaman penjajahan Belanda, di Bukittinggi sudah banyak didirikan sekolah yang merupakan satu-satunya untuk Sumatera, didukung cuaca yang sejuk Bukittinggi cocok untuk pendidikan.

Sekolah-sekolah yang didirikan adalah sebagai berikut :
  • Kweek School, satu-satunya untuk pulau Sumatera dan sekolah ini disebut juga sekolah Raja. Disinilah didik calon-calon guru untukl Bumiputra.
  • MOSVLA yang juga satu-satunya di Sumatera tempat calon-calon Pamong praja dan Kepolisian.
  • MULO terdapat 2 buah milik Pemerintah di Minang kabau dan 1 milik swasta yang dikelola oleh IVOORSA.
  • HIS milik Pemerintah 2 Buah dan 3 buah dikelola oleh swasta, yaitu 1 oleh PGI, 1 oleh VSM ( sekarang PSM ) dan 2 lagi didirikan oleh Zainuddin Sutan Kerajaan yang bernama VORSA, cabangnya di Medan dengan Nama IVORNO.

Rumah Sakit

  • Rumah Sakit Ahmad Mochtar yang sekarang, semula dibangun oleh Pemerintah Belanda untuk kepentingan Militernya
  • YARSI, Rumah sakit TNI- AD IV, 
  • Rumah sakit Pusat Pengembangan Penaggulangan Strok Nasioanal ( P3SN ) 
  • RSUP Bukittingg
  • Rumah Sakit Madina.

Sejarah Bukittinggi



Bukittinggi dalam kehidupan ketatanegaraan semenjak zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang serta zaman kemerdekaan dengan berbagai variasinya tetap merupakan pusat Pemerintahan Sumatera bahagian Tengah maupun Sumatera secara keseluruhan, bahkan Bukittinggi pernah berperan sebagai Pusat Pemerintahan Republik Indonesia setela Yogyajarta diduduki Belanda dari bulan Desember 1948 sampai dengan bulan Juni 1949.

Semasa pemerintahan Belanda dahulu, Bukittinggi oleh Belanda selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan, dari apa yang dinamakan Gemetelyk Resort berdasarkan Stbl tahun 1828. Belanda telah mendirikan kubu pertahanannya tahun 1825, yang sampai sekarang kubu pertahanan tersebut masih dikenal dengan Benteng " Fort De Kock ". Kota ini telah digunakan juga oleh Belanda sebagai tempat peristirahatan opsir-opsir yang berada di wilayah jajahannya di timur ini.

Oleh pemerintah Jepang, Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian Pemerintah militernya untuk kawasan Sumatera, bahkan sampai ke Singapura dan Thailand karena disini berkedudukan komandan Milioter ke 25. Pada masa ini Bukittinggi berganti nama dari Taddsgemente Fort de Kock menjadi Bukittinggi Si Yaku Sho yang daerahnya diperluas dengan memasukkan nagari-nagari Sianok, Gadut, Kapau, Ampang Gadang, Batu taba dan Bukit Batabuah yang sekarang kesemuanya itu kini berada dalam daerah Kabupaten Agam, di Kota ini pulalah Pemerintah bala tebtara Jepang mendirikan pemancar Radio terbesar untuk pulau Sumatera dalam rangka mengibarkan semangat rakyat untuk menunjang kepentingan peramg Asia Timur Raya versi Jepang.

Pada zaman perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia Bukitinggi berperan sebagai kota perjuangan. Dari bulan Desember 1948 sampai dengan bulan Juni 1949 ditunjuk sebagai Ibu Kota Pemerintahan darurat Republik Indonesia ( PDRI ), setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda.

Selanjutnya Bukittinggi pernah menjadi Ibukota Propinsi Sumatera dengan Gubernurnya Mr. Tengku Muhammad Hasan. Kemudian dalam peraturan Pemerintah Pengganti undang-undang No. 4 tahun 1959 Bukittinggi ditetapkan sebagai Ibu Kota Sumatera Tengah yang meliputi keresidenan-keresidenan Sumatera Barat, Jambi dan Riau yang sekarang masing-masing Keresidenan itu telah menjadi Propinsi-propinsi sendiri.

Setelah keresidenan Sumatera Barat dikembangkan menjadi Propinsi Sumatera Barat, maka Bukittinggi ditunjuk sebagai Ibu Kota Propinsinya,. semenjak tahun 1958 secara defacto Ibukota Propinsi telah pindah ke Padangnamun secara deyuire barulah tahun 1978 Bukittinggi tidak lagi menjadi Ibukota Propinsi Sumatera Barat, dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1979 yang memindahkan Ibukota Propinsi Sumatera Barat ke Padang.

Sekarang ini Bukittinggi berstatus sebagai kota madya Daerah Tingkat II sesuai dengan undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok Pemerintah di Daerah yang telah disempurnakan dengan UU NO. 22/99menjadi Kota Bukittinggi.

secara ringkas perkembangan Kota Bukittinggi dapat diloihat sebagai berikut :

A. Pada Masa Penjajahan Belanda

Semula sebagaiGeemente Fort De Kock dan kemudian menjadi Staadgemente Fort De Kock, sebagaimana diatur dalam Staadblad No. 358 tahun 1938 yang luas wilayahnya sama dengan wilayah Kota Bukittinggi sekarang.

B. Pada Masa Penjajahan Jepang

Pada masa ini Bukittinggi bernama Shi Yaku Sho yang wilayahnya lebih luas dari Kota Bukittingggi sekarang ditambah dengan nagari-nagari Sianok, Gadit, Ampang Gadang, BAtu taba dan Bukit Batabuah.

C. Pada Masa Kemerdekaan Sampai Sekarang

Pada masa permulaan proklamasi, luas wilayah Bukittinggi sama seperti sekarang ini dengan Waliktanya yang pertama yaitu Bermawi Sutan Rajo Ameh.

Kota Bukittinggi dengan ketetapan Gubernur Propinsi Sumatera No. 391 tanggal 9 Juni 1947 tentang pembentukan Kota Bukittinggi sebagai Kota yang berhak mengatur dirinya sendiri.

Kota Besar Bukittinggi sebagaimana yang diatur Undang-undang No. 9 tahun 1956 tentang Pembentukan Otonom Kota Besar Bukittinggi dalam lingkungan Propinsi Sumatera Tengah jo Undang-undang Pokok tentang Pemerintah Daerah No. 22 tahun1960.

Kotapraja Bukittinggi, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Pemerintah Daerah No. 1 tahun 1957 jo. Pen. Prs. No. 6 tahun 1959 jo. Pen. prs. No. 5 tahun 1960.

Kotamadya Bukittinggi sebagai mana diatur dalam Undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintah Daerah.

Pimpinan Pemerintah Daerah, baik sebagai pejabat senentara ( Pjs ) atau sebagai pejabat (Pj), maupun sebagai Walikota Pilihan (KDH) dapat diterakan sebagai berikut :
  1. Bermawi Sutan RAjo Ameh
  2. Iskandar Teja KUsuma
  3. Jamin Dt. BAgindo
  4. Aziz Karim
  5. Enin Karim
  6. Saadudin Jambek
  7. Nauman Jamil Dt. Mangkuto Ameh
  8. MB. Dt. Majo Basa Nan Kuning
  9. Syahbuddin LAtif Dt. Sibungsu
  10. Dr. S. Rivai
  11. Bahar Kamil Marah Sutan
  12. Anwar Maksum Marah Sutan
  13. M. Asril, SH
  14. A. Kamal, SH
  15. Drs. Masri
  16. Drs. Oemar Gaffar
  17. Drs. B. Barhanudin
  18. Drs. Hasan Basri ( PLT. Walikota )
  19. Armedi Agus
  20. Drs. Rusdi Lubis ( PLT Walikota )
  21. Drs. H. Djufri
  22. Drs. H. Oktisir Sjovijerli Osir ( PLT. Walikota )
  23. Drs. H. Djufri
  24. H.Ismet Amzis, SH ( sekarang)
Dengan bermacam ragamnya status maupun fungsi yang diemban Bukittinggi seperti yang diuraikan diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Bukittinggi memang cukup strategis letaknya dan ditunjang pula oleh hawanya yang sejuk, karenaterletak di jajaran Bukit Barisan. Dilihat dari segi sosial kemasyarakatan, Bukitinggi tidak kurang pula perannya, baik dalam ukuran regional, Nasiopnal mupun Internasional. Dikota ini sering diadakan rapat-rapat kerja Pemerintah, Pertemuan-pertemuan ilmiah, kongres-kongres oleh organisasi kemasyarakatan dan lain sebagainya.

Daftar Isi

Janjang Koto Gadang


Satu lagi obyek wisata yang diharapkan dapat menambah daya tarik Kota Bukittinggi adalah Janjang Koto Gadang atau terkenal juga dengan "The Great Wall of Koto Gadang". Tangga panjang yang membentang melewati Ngarai Sianok ini menyodorkan indahnya pemandangan Ngarai Sianok yang panjang membentang.

Janjang Koto Gadang pada awalnya merupakan Jalan Setapak yang menghubungkan Jalan Ngarai Sianok - Bukittinggi dengan Koto Gadang - Agam. Disebut Great Wall karena bangunan jalan ini dibuat mirip dengan Great Wall yang dimiliki oleh Negara China. Menjelajah jalanan ini, kita akan disuguhi pemandangan Ngarai Sianok yang sangat indah.

Pembangunan Janjang Koto Gadang ini merupakan gagasan dari Bapak Azwar Anas yang merupakan Mantan Menkokesra dan Mantan Gubernur Sumatera Barat. Gagasan tersebut akhirnya terwujud dan dilaksanakan oleh Bapak Tifatul Sembiring bersama para perantau dan Masyarakat Minang. Acara peresmian Janjang Koto Gadang ini telah dilakukan beberapa bulan yang lalu dengan Penandatanganan Prasasti Janjang Koto Gadang tersebut oleh Bapak Tifatul Sembiring.

Dengan dibangunnya Janjang Koto Gadang ini akses kedua wilayahmenjadi lebih lancar. Selain itu Janjang Koto Gadang ini akan menjadi daya tarik tersendiri terhadap perkembangan sektor pariwisata di daerah ke depannya.

Perwakilan Bukittinggi Tampil Dalam Detik-detik Proklamasi


Bukittinggi patut berbangga hati karena setiap tahun salah seorang pelajar Sekolah Menengah Atas yang ada di Kota Wisata ini selalu terpilih sebagai Duta Seni utusan Sumbar yang tergabung dalam Kelompok Paduan Suara : Gita Bahana Pelajar Nusantara, untuk tampil pada Upacara Peringatan HUT RI ke 68 di Istana Negara.

Pada tahun ini Bukittinggi diwakili oleh Intan Novela, Siswi SMAN 1 Bukittinggi. Intan menjadi salah satu wakil Sumbar dari 4 Pelajar yang dikirimkan. sedangkan 3 Pelajar lainnya berasal dari Kota Padang. Pada Gita Bahana Pelajar Nusantara kali ini Intan mengisi Suara Tinggi Wanita (Sopran) yang terlebih dahulu mengikuti pemantapan latihan mulai tanggal 1 Agustus 2013 di Cibubur.

Kelompok Paduan Suara Gita Bahana Pelajar Nusantara ini, selain tampil dalam Upacara Detik-detik Proklamasi juga dapat kesempatan membawakan aneka lagu-lagu Daerah dan Lagu-lagu Perjuangan pada Malam Resepsi 17 Agustus di Istana Presiden.



.
 DESKRIPSI
 DESKRIPSI
 DESKRIPSI
 DESKRIPSI
 
Support :
Copyright © 2013. BUKITTINGGI TOUR and TRAVEL - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Denai
Proudly powered by Blogger